Resensi Milea Suara dari Dilan : Rindu Sosok Dilan. Feb 25, 2020 Milea Suara dari Dilan adalah film sekuel yang lahir dari novel trilogi Dilan karya Pidi Baiq. Film yang berfokus pada sudut pandang Dilan sebagai orang pertama tersebut menceritakan beberapa hal yang tidak ditampilkan di dua film sebelumnya. Milea Suara dari Dilan yang
NOVEL MILEA – SUARA DARI DILAN Judul Buku Milea, Suara dari Dilan Penulis Pidi Baiq Penerbit Pastel Books Tahun Terbit 2016 Didistribusikan Oleh Mizan Media Utama MMU Tebal 360 Halaman Novel ini merupakan seri ketiga dari novel Dilan, Dia Dilanku Tahun 1990, Dia Dilanku Tahun 1991. Apabila kamu tidak membaca dua novel sebelumnya, maka tentu kamu pun akan kebingungan untuk bisa menyimak novel Milea ini. Novel ini seakan memberikan sebuah jawaban dari semua keresahan dan pertanyaan di benak para pembaca di novel Dilan sebelumnya. Hal ini di sebabkan novel Milea Anda bisa mendapatkan semua jawabannya. Cerita dari novel Milea ini di ambil dari sudut pandang Dilan. Cerita yang ada di dalam Milea ini juga akan menjawab serta memberikan sebuah klarifikasi mengenai pernyataan maupun cerita dari Milea. Misalnya saja penyebab dari Akew meninggal, kemudian alasan mengapa Dilan ada di kantor polisi. Dilan sendiri tidak di tahan karena adanya kasus Akew yang meninggal. Serta latar belakang dari kenapa Dilan yang meramal Milea pada saat pertama kali bertemu. Dilan merupakan sosok teman yang baik, pacar yang baik. serta sebetulnya, Dilan adalah seorang murid yang baik bagi guru- guru yang memang dapat mengerti Dilan. Mungkin, para guru bisa membaca novel Milea ini agar bisa tahu bagaimana cara mengatasi dan bersikap kepada anak- anak istimewa seperti halnya Dilan dan teman-temannya. Mereka tidak membutuhkan hukuman, tidak harus di ceramahi terlalu panjang. Hanya cukup untuk di mengerti serta sedikit memberikan mereka sebuah pengertian dan perhatian dengan cara bersahabat. Kisah cinta Dilan bukan hanya kisah remaja saja dengan Milea namun juga kisah cinta tentang keluarga, persahaban bahkan kesedihan bersatu pada buku tersebut. Ini adalah salah satu puisi yang dibuat Dilan untuk Milea. SAYA DAN DIA Kalau saya adalah ini, yang membuat senyummu Maka dia adalah orang lain yang membuat air matamu Jangan marah kepadamu yang sudah membuat lingkungan jadi indah, tentram, dan damai Siapkan Sekarang, kamu ingin siapa yang datang menghiburmu ? Kepala Sekolah membawa risoles dari kantin ? Menteri Pendidikan membawa kunci jawaban ? Malaikat membawa buah-buahan dari surga ? Pengusaha Muda membawa yang harum pewangi ? Ahli nujum? Tukang pijit? Tentara? Penari? Atau saya saja yang datang membawa kata-kata pilihan Saya akan senang mengatakannya dan kamu senang Jangan nangis, nanti kamu sakit kepala Ada yang perlu saya bantu ? Kelebihan buku Buku menggunakan cover yang kekinian serta sesuai dengan sasaran pembaca yakni para remaja. Terdapat banyak puisi yang memang di selipkan pada buku, sehingga menjadikan para pembaca senyum- senyum sendiri. Cerita di dalam buku Milea memiliki model yang di buat dengan jelas dan juga terstruktur. Jadi, pada saat membaca dari awal maka bisa langsung membayangkan di dalam buku seri yang pertama dan kedua. Novel Milea serta novel seri sebelumnya memang sangat terlihat seperti kisah yang nyata. Meskipun banyak orang yang mengira jika cerita yang ada di dalam novel adalah fiksi. Namun, cerita yang di tulis tidak berlebihan bahkan cerita mengalir apa adanya. Dialog dan juga penjelasan untuk adegan yang ada di dalam setiap kalimat memang tidak berlebihan. Sehingga pembaca pun tidak seperti orang yang baru saja belajar membaca novel dan tidak suntuk untuk mengikuti jalan ceritanya. Cerita yang di tulis sangat ringat, sehingga bisa di baca oleh semua umur. Terdapat alur Maju Mundur yang sangat menarik. Terdapat Gambar dan tulisan yang menarik. Novel Milea ini memakai gaya bahasa populer dan gaul ala Pidi Baiq yang mudah dipahami. Kekurangan buku Ending dari buku Milea cukup membosankan, hal ini di sebabkan ending dari kisah cinta Dilan dan Milea sudah di cerikan di seri novel sebelumnya. Ada beberapa adegan yang menjadikan pembaca penasan mengenai apakah umum jika seseorang melakukan hal seperti itu di tahun 90-an. Tentunya hal ini kembali pada riset dari penulis, kemungkinan untuk beberapa pembacan sedikit merasa janggal. Banyaknya pembajakan buku novel tersebut. Tidak tercantum harga novel. Jenis kertas pada novel tersebut sangat tipis. KESIMPULAN NOVEL Novel karya pidi BaiQ ini sangat bagus untuk para remaja yang sedang menjalani asmara dan novel ini juga memberikan kita pelajaran bahwa tidak semua cerita atau hubungan berakhir dengan bahagia.
Covernovel Milea Suara dari Dilan ini, kurang lebih sama, sama novel Dilan yang kedua, di paling atas ada judul utamanya, ada sub judul di bawahnya, terus ada gambar ilustrasi Milea lagi nunduk, ada kutipan bukunya, dan ada nama ayah Piqi Baiq. Untuk warnanya abu, aku ngga begitu bisa kasih nilai untuk cover karena aku bukan anak desain. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Penyusun 1. Berliana anjani naela salwa2. Desvinna sopia nasution 3. Gina ardiyani 4. Rosita5. Sintia sri hidayah 6. Syarifah Kelas X IPS 4 IDENTITAS NOVEL1. Judul novel MILEA suara dari DILAN 2. Nama Penulis Pidi BaiQ 1 2 3 Lihat Fiksiana Selengkapnya ResensiNovel "Milea: Suara dari Dilan" 25 Maret 2019 15:25 Diperbarui: 7 Juni 2019 20:36 42955 3 1 + Laporkan Konten. Novel karya pidi BaiQ ini sangat bagus untuk para remaja yang sedang menjalani asmara dan novel ini juga memberikan kita pelajaran bahwa tidak semua cerita atau hubungan berakhir dengan bahagia.
“Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu” Judul Buku Milea, Suara dari Dilan Penulis Pidi Baiq Penerbit Pastel Books Tahun Terbit 2016 Cetakan ke-II, Dzulhijjah 1437 H / September 2016 Didistribusikan Oleh Mizan Media Utama MMU Tebal 360 Halaman ISBN 978 – 602 – 0851 – 56 – 3 Apakah kalian tahu novel karya Pidi Baiq yang berjudul “Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990” dan “Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1991”?. Kedua novel tersebut merupakan kisah nyata yang telah dialami oleh Milea dengan Dilan, yang menceritakan tentang kisah asmara mereka pada waktu masih duduk di bangku SMA pada tahun sembilan puluhan di Bandung, yang kemudian ditulis oleh Pidi Baid dan dijadikan sebuah novel. Novel “Milea, Suara dari Dilan” ini merupakan seri ketiga dari kedua novel “Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990” dan “Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1991”. Novel ini juga menceritakan kisah yang sama pada kedua novel sebelumnya, namun dari sudut pandang yang bebeda. Tentu saja berbeda, karena novel ini diceritakan dari sudut Pandang Dilan, sedangkan novel yang sebelumnya diceritakan dari sudut pandang Milea. Sinopsis Novel ini menceritakan pengenalan singkat Dilan waktu dia masih kecil. Kira-kira waktu masih berumur 5 tahun, pernah ingin jadi macan walaupun itu tidak mungkin. Dia pernah menamai sepedanya dengan nama “mobil derek”. Dia juga pernah sholat pakai mukena. Dilan selalu berpikir bahwa dia mempunyai masa kecil yang benar-benar bahagia. Setelah SMA, Dilan ke sekolah tidak lagi naik sepeda melainkan naik motor. Pulangnya nongkrong di warung Kang Ewok. Di sana, dia biasa berkumpul dengan teman-temannya yang bernama Akew, Bowo, Anhar, Burhan, Ivan, dan lain-lain. Dilan juga sering nongkrong di warung Bi Eem bersama teman-temannya. Di warung Bi Eem itulah Dilan mendengar nama Milea, seorang gadis cantik yang berasal dari Jakarta. Dilan menyukai Milea, teman-temannya juga mendukungnya. Ketika Dilan ingin melakukan pendekatan dengan Milea, Dilan minta do’a pada bundanya agar lancar. Setelah banyak yang sudah Dilan lakukan dalam rangka mendekati Milea, waktu akhirnya datang. Tanggal 22 Desember tahun 1990, di Bandung, tepatnya di warung bi Eem, Dilan resmi berpacaran dengan Milea Adnan Hussain, dinyatakan secara lisan dan tulisan, yang lengkap dibubuhi tanda tangan oleh kedua belah pihak di atas materai. Masing-masing merasa dimaui, merasa sangat diterima dan membiarkan diri dikuasai oleh harapan untuk mencapai kesempurnaan di dalam berpacaran. Kesehariannya berpacaran dengan Milea sangat romantis. Dilan membuat begitu banyak puisi yang indah untuk Milea. Kelakuan Dilan yang konyol selalu membuat Milea tertawa dan juga merasa senang. Sampai suatu ketika Dilan putus dengan Milea. Itu semua terjadi karena sebuah kesalah pahaman antara Dilan dengan Milea, yang disebabkan oleh kematian temannya yang bernama Akew. Milea mengira bahwa kematian Akew disebabkan oleh perselisihan antara geng motor. Milea marah kepada Dilan, karena Dilan juga merupakan anggota geng motor. Milea khawatir kalau Dilan juga akan mengalami hal yang sama seperti Akew. Milea menyuruh Dilan agar keluar dari geng motor, namun Dilan tetap saja tidak menghiraukannya. Milea marah kepada Dilan sampai tidak mau diajak bicara. Itulah yang telah menyebabkan Dilan putus dengan Milea. Setelah putus dengan Milea, Dilan merasa kesepian, dan benar-benar rindu pada Milea. Setelah lulus SMA, Dilan melanjutkan kuliahnya di salah satu Perguruan Tinggi Negri di Bandung. Sebulan setelah Bu Rini wafat, Dilan bertemu lagi dengan Milea di acara reuni SMA, dia datang dengan Mas Herdi. Dilan merasa senang bisa berkumpul lagi dengan teman-teman semasa SMA, karena sudah lama tidak bertemu. Lanjutannya dibaca sendiri yah… 😉 Ini adalah salah satu puisi yang dibuat Dilan untuk Milea. SAYA DAN DIA Kalau saya adalah ini, yang membuat senyummu Maka dia adalah orang lain yang membuat air matamu Jangan marah kepadamu yang sudah membuat lingkungan jadi indah, tentram, dan damai Siapkan Sekarang, kamu ingin siapa yang datang menghiburmu ? Kepala Sekolah membawa risoles dari kantin ? Menteri Pendidikan membawa kunci jawaban ? Malaikat membawa buah-buahan dari surga ? Pengusaha Muda membawa yang harum pewangi ? Ahli nujum? Tukang pijit? Tentara? Penari? Atau saya saja yang datang membawa kata-kata pilihan Saya akan senang mengatakannya dan kamu senang Jangan nangis, nanti kamu sakit kepala Ada yang perlu saya bantu ? Novel ini sangat cocok bagi para pembaca yang menyukai novel ber-genre romance dan komedi. Tingkah Dilan yang sangat konyol dan apa adanya akan membuat para pembaca menjadi lebih terhibur. Kisah asmaranya begitu sederhana, namun sangat romantis. Karena Dilan selalu tahu bagaimana cara memperlakukan wanita. Dilan memberi penggambaran lain dari sebuah penaklukan cinta dan juga bagaimana indahnya cinta sederhana anak zaman dahulu, tidak lebay seperti anak sekarang. Novel ini juga merupakan tambahan cerita dari Dilan yang belum diceritakan oleh Milea pada kedua novel sebelumnya. Intinya, novel ini adalah pelengkap kedua novel sebelumnya yang membuat para pembaca tergantung dan penasaran apa yang dirasakan oleh Dilan. Aku juga ingin cowok seperti Dilan, itupun kalau terwujud. 😊 Kelebihan Buku Cover-nya bagus dan sangat cocok. Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Terdapat ilustrasi gambar yang membuat novel ini menjadi lebih menarik. Bisa menjadi pelajaran untuk para pembaca bagaimana taktik menguasai wanita. Kelakuan Dilan yang konyol dan apa adanya membuat para pembaca menjadi lebih terhibur. Mengajarkan kita agar tetap tegar ketika putus dengan pacar. Seperti yang Dilan ceritakan pada BAB 12 “Masa-masa jauh dari Lia” halaman 231. Kekurangan Buku Bagi para pembaca yang belum membaca kedua novel sebelumnya pasti akan merasa kurang puas. Karena di novel ini Dilan hanya menceritakan hal-hal yang perlu saja dan tidak mengulang cerita yang sudah diceritakan pada kedua novel sebelumnya. Pada BAB 17 “Ancika Mehrunisa Rabu” halaman 295. Diceritakan bahwa “Zaman dulu batasan masa studi maksimal bisa sampai 14 tahun, jadi mahasiswa akan cukup banyak waktu untuk aktif di keorganisasian”. Padahal sebenarnya 14 semester atau 7 tahun.
Sinopsis Mengambil sudut pandang dari Dilan, film Milea: Suara dari Dilan masih menceritakan kisah cinta Milea (Vanesha Prescilla) dan Dilan (Iqbaal Ramadhan). Bertepatan di Bandung, sekitar tahun 90-an, seorang siswa sekaligus panglima tempur geng motor bernama Dilan menjalin hubungan dengan Milea, siswi baru dari Jakarta.

“Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu.” Sudah pernah membaca dua novel Pidi Baiq yang terbit sebelum Milea? Belum? Tidak apa-apa. Saya juga belum baca buku Dilan 1990 dan Dilan 1991.. Saya tahu siapa Pidi Baiq. Oh, please lah. Siapa sih penikmat buku yang tidak pernah mendengar namanya? Dua novel Dilan karyanya laris manis dan mengalami cetak ulang berkali-kali. Antrean penggemar yang hendak meminta tanda tangannya pun seperti rangkaian gerbong kereta api. Cuma belum rezeki ketemu. Tiap kali ada acara yang menghadirkan Pidi Baiq di Bandung dan lokasinya saya tahu banget, kok ya selalu bentrok dengan kegiatan saya. Tapi bukan karena itu saya belum tergerak membaca Dilan Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan Dia Adalah Dilanku Tahun 1991. Yang menghalangi saya membaca Dilan adalah rasa khawatir. Khawatir terseret ke masa SMA saya pada tahun 1990-1993, lalu baper dan melo berbulan-bulan. Tapi akhirnya saya membaca buku ketiganya. Milea Suara dari Dilan. Kebetulan saya memang sering membaca buku berseri dari “seri-seketemunya-aja-dulu”. Dan inilah catatan pembacaan saya atas novel Milea. Milea, romantisme remaja awal 1990-an. Milea, Suara dari Dilan Seperti judulnya, novel ini bercerita dari sudut pandang Dilan. Yang diceritakan dari sudut pandang Milea pada dua buku sebelumnya, sekarang dijelaskan oleh Dilan. Yup, tentu ada bagian yang Milea tidak tahu karena Milea tidak berada di tempat tersebut atau karena hal itu berada dalam pikiran Dilan. Halaman-halaman awal bercerita tentang masa kecil Dilan. Tentang ibunya yang orang Aceh, tentang ayahnya yang anggota militer. Tentang nilai-nilai yang ditanamkan di dalam keluarganya. “Jangan bilang ke Bunda kita dari tempat biliar,” kata ayahku kemudian. “Jangan bohong, Ayah,” kata kakakku. “Oh iya,” jawab ayahku. “Bilang ke Bunda udah dari tempat biliar, terus nanti kita janji gak akan ke sana lagi.” halaman 28 Kedekatan Dilan dengan orangtuanya, terutama Bunda, berlanjut hingga Dilan remaja dan dewasa. Aku tahu sebagian besar waktu ketika Bunda bicara kepadaku, dia tidak selalu berharap aku punya semua jawaban dia hanya ingin telingaku. “Bunda cemas sekali waktu itu. Merasa takut kehilangan anak yang Bunda sayangi,” kata Bunda lagi. “Bunda nangis.” Aku diam. Enggak tahu kenapa kata-katanya yang itu langsung bisa mengubek perasaanku. Menurutku, dia adalah ibu yang mudah merasuk ke dalam hati anak-anaknya. halaman 50. Milea yang kemudian menjadi kekasih Dilan pun dekat dengan Bunda. Cerita kemudian bergulir tentang hubungan Dilan dan Milea, tentang keterlibatan Dilan dengan geng motor, tentang persahabatan Dilan dengan Akew, Nandang, Burhan, Remi Moore, dan kawan-kawan. Perjalanan ke Masa Lalu yang Terganggu “Kesezamanan” saya dengan setting tempat dan waktu dalam novel ini membawa ingatan saya menelusuri Bandung di tahun 1990-1991. Ketika Bandung masih berkabut putih pada pukul enam pagi, ketika Cisangkuy masih jadi tempat hang out andalan anak-anak SMA. Namun, kenikmatan mengenang masa lalu itu terganggu di halaman 295. Zaman dulu batasan masa studi maksimal bisa sampai 14 tahun, jadi mahasiswa akan cukup banyak waktu untuk aktif di keorganisasian. Pada tahun 1990-an itu, masa studi maksimal bukan 14 tahun melainkan 14 semester alias 7 tahun. Semoga di cetakan berikutnya optismistis cetak ulang lagi kalau melihat antusiasme penggemar Dilan ada perbaikan penyuntingan di bagian ini. Gangguan lain adalah pada banyaknya kalimat “seperti yang Lia ceritakan di bukunya”. Kalimat ini memang bisa membuat penasaran para pembaca yang memulai membaca Dilan dari buku ketiga. Di sisi lain, sekaligus membuat kesal karena terlalu banyak pengulangan seperti ini. Yang juga mengganggu saya adalah kualitas jilidannya. Untuk buku setebal 360 halaman, jilidannya kurang kuat. Buku yang saya baca mudah-mudahan hanya yang di tangan saya “dedel dowel” di halaman 264. Novel Milea dedel dowel. Hiks Hiks, padahal sejak awal membaca saya sudah sangat berhati-hati membaca buku ini supaya tidak terlipat dan ternoda. Bagian-bagian yang saya anggap penting dan menarik saya tempeli kertas post it, tidak saya coret dan lipat seperti biasanya. Tapi yah… nasib berkata Kopi Tidak Untuk Diperdebatkan Usaha Kedai Kopi, Memahami Seluk-Beluknya. Ketika Hari-Hari Penuh Rindu Di luar ketiga hal itu, saya menikmati Milea meski sempat agak bosan dengan cerita yang Dilan-Milea melulu. Untungnya kesimpelan, keapaadaan, dan kekonyolan Dilan membuat saya bertahan membaca buku ini sampai habis dan tersenyum-senyum karenanya. Saya suka cara Bunda berkomunikasi dengan anak-anaknya meskipun si anak terlibat geng motor. Saya suka cara Ayah yang militer mendidik anak-anaknya. Tegas namun kocak dan bersahabat. Saya suka kekonyolan Dilan sejak kecil yang memberi nama “Mobil Derek” untuk sepedanya, yang memberi kado ulang tahun untuk Milea berupa buku TTS yang sudah diisi. Saya suka romantisme Dilan ketika mengenang Milea. Saya suka romantisme Milea ketika mengenang Dilan. Saya suka, meski terasa ada yang menusuk di hati dan membuat mata menjadi panas. tuhkanjadibaper Banyak kalimat yang saya suka dan menurut saya quotable banget. Bahkan puisi sederhana dari Milea untuk Dilan pun saya suka.“Apakah kamu rindu? Aku di sini, Dilan. Jauh, Jauh.” halaman 331 Tanpa bermaksud merusak buku keren ini atau promosi colongan, kalimat menjelang terakhir dalam novel ini mirip dengan kalimat dalam novel saya, Limit, yang saya tulis tahun 2013 dan terbit tahun 2014. “Dan sekarang, yang tetap di dalam diriku adalah kenangan, di sanalah kamu selalu.” Milea. Pastel Books, 2016. “Lihatlah dalam kenanganmu tentangku. Ada aku di sana selamanya.” Limit. KPG, 2014 Kita memang hidup dalam kenangan masa lalu dan harapan masa depan. Grab It Fast Di mana bisa membeli novel Milea Suara dari Dilan ini? Kalau kamu tidak sempat meluncur ke toko buku, bisa kok beli online di Diskon 15%, lho. Atau kalau mau membeli e-book Milea ini, langsung saja ke Playstore. Sedikit bocoran dari Dilan, bakal ada buku keempat, nih. Jadi, jangan sampai ketinggalan buku ketiga ini, ya. Buku ini bukan hanya cocok dibaca remaja, tetapi juga oleh orangtua. Bukan untuk nostalgia masa remaja belaka tetapi untuk belajar ilmu parenting secara santai dari Ayah dan Bunda. Identitas Buku Judul Milea, Suara dari Dilan Pengarang Pidi Baiq Penerbit Pastel Books Grup Mizan, September 2016 Cetakan Ke-2 Tebal 360 halaman ISBN 978-602-0851-56-3 Harga Rp

JudulNovel: Milea, Suara dari Dilan. Penulis : Pidi Baiq. Penyunting: Andika Budiman. Tebal: 360 halaman. Penerbit: Pastel books - 2016. ISBN: -3. Novel yang mengambil Bandung dengan latar 1990an ini ternyata bukan cuma berhasil merebut hati pembacanya dari generasi ABG jadul kayak saya (halah) yang tumbuh remaja di tahun 90an
kali ini saya akan berbagi, kemarin di sekolah saya ada lomba perpustakaan dan itu saya mendapatkan tugas meresensi sebuah novel, kebetulaan novel yang saya resensi adalah salah satu karya pidi baiq, ya.. milea suara dari dilan semoga bermanfaaat!! RESENSI NOVEL Identitas buku Judul Buku Milea Suara Dari Dilan Penulis Pidi Baiq Penerbit Pastel Book Grup Mizan Genre Fiksi Jumlah Halaman 357 Halaman Tahun Terbit 2016 Cetakan Ke-2 Isbn 978-602-0851-56-3 Alur Campuran Sudut pandang Dilan, Orang pertama pelaku utama Latar Rumah Dilan, Rumah Milea, Jalan Buah Batu, Sma Garuda, Warung Bi Eem, Rumah Bruhan, Warung Kang Ewok Dll Tokoh Dilan, Milea, Ayah, Bunda, Disa, Ibu Milea, Ayah Milea, Anhar, Kang Ewok, Bi Eem, Burhan, Akew, Piyan, Teman-teman Milea, Teman-teman Dilan. Amanat Sebainya dalam sebuah hubungan harus ada sebuah rasa menghargai satu sama lain entah dengan hobi dan kebiasaannya, sebagai seorang kekasih atau pacar memang seharusnya saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan tidak egois satu sama lain. Namun adakalanya kita harus saling mengerti bahwa tidak semuanya yang kita kehendaki bisa tercapai. Perpisahan Adalah Upacara Menyambut Hari-Hari Penuh Rindu ”Pidi Baiq” Novel dengan judul Milea “ Suara Dari Dilan” ini merupakan novel yang sama dalam novel sebelumnya Dilan”Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan 2 “ Dia Dilanku Tahun 1991” namun dalam sudut pandang yang berbeda. Kalau novel yang sebelumnya Pidi Baiq menjadikan Milea sebagai sudut pandangnya. Namun pada novel Milea ”Suara Dari Dilan” ini yang menjadi sudut pandang adalah Dilan. Bahasa yang digunakan Pidi Baiq dalam buku ini adalah bahasa yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh pembaca dan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat mudah dipahami oleh pembaca. Pada tanggal 15 Agustus 2015 Pidi Baiq datang kerumah Dilan, untuk membahas usulannya untuk menulis buku “suara dilan’’ yang diambil dari kisah Dilan dan Milea yang sama seperi “Dilan, Dia Adalah Dilanku’’ tetapi menggunakan sudut pandang dari Dilan. Awalnya Dilan tidak mau karena dia benar benar tidak mempunyai waktu untuk duduk dan menulis, tetapi Pidi Baiq berhasil membujuk Dilan untuk mau mewujudkan novel “Milea, Suara Ari Dilan”. Dalam novel ini kita diajak memahami perasaan dari Dilan. Bisa dibilang Dilan yang menceritakan Milea dalam pandangannya dan juga mengklarifikasi apa yang sudah diceritakan Milea dalam novel sebelumnya. Pembaca yang ingin memahami maksdud novel ini, sangat disarankan membaca dahulu dua novel sebelumnya. Karena penulis tidak meceritakan semua kisah dalam dua novel sebelumya. Secara garis besar penulis juga masih menceritakan keromanatisan Dilan dan Milea saat mereka pacraan sangat romantis dan membuat pembaca menjadi ikut membawa perasaan. Ditambah dengan kehumorisan Dilan yang sedikit nyleneh namun cukup menghibur dan membuat pembaca menjadi tersenyum bahkan tertawa. Dikeseluruhan novel ini hanya sedikit penggalan-penggalan cerita yang Dilan ingat kembali. Rangkaian kisah kisah dimana Dilan yang saat itu masih bersama dengan Milea. Terdapat beberapa peristiwa yang diceritakan Dilan dari mulai awal dilan mengenal Milea sampai akhirnya mereka berpacaran di warung Bi Eem dan kemudian banyak terjadi kisah kisah yang cukup beragam, dari mulai sedih senang susah bahagia suka dan duka. Dan disini saya akan menceritakan kembali apa saja yang dilan ceritakan dalam novel ini. Saat Dilan memberikan TTS yangsudah diisi semua sebagai hadiah ulang tahun Milea, dan juga hadiah hadiah kecil yang dititikan kepada penjual koran, tukang sayur, bahkan tetangga Milea. Dilan juga memberikan pandangan berbeda dari Milea tentang geng motornya yang dianggap Milea sebagai sesuatu yang buruk dan meminta dilan berulang kali untuk menjauhi bahkan berhenti dari geng motor tersebut. Disini Dilan memberikan penjelasan dan juga jawaban mengapa Dilan tidak menjahuhi geng motor yang sangat tidak disukai Milea, dalam novel ini juga terdapat gambaran begitu dekatnya Dilan dengan bundanya juga cerita cerita tentang keluarganya. Dan kisah yang di tunggu tunggu adalah perpecahan hubugan Dilan dan Milea dimana dimulai dari kematian Akew sahabat Dilan yang disebabkan oleh geng motor yang membuat Milea sangat khawatir jika Dilan berakhir sama dengan Akew kalau Dilan masih bergabung dengan geng motor tersebut. Disini dilan meceritakan betapa tertekannya dia saat itu, dimulai dari sikap Milea yang mulai memberi pelajaran kepada dilan dengan mengacuhknnya dan bahkan bundanya ikut memaharahi Dilan ditambah ayahnya yang juga memberi hukuman kepada Dilan dengan menyuruh dilan tinggal dirumah temannya selama beberapa hari. Disitulah dilan merasa tidak ada yang peduli lagi dengannya, dia merasa diuji dari segala arah. Dan akhrinya hubungan Dilan dan Milea sudah tidak dapat dipertahankan, saya sebagai pembaca merasa sedikit kecewa dan menyayangkan hal tersebut terjadi. Di dalam novel ini sebenarnya bukan terfokus membahas percintaan Dilan dengan Milea melainkan Dilan yang berusaha bangkit kembali setelah keterpurukannya kibat putus dari Milea dan dilan juga sempat beduka karena ditinggal selamanya oleh ayahnya. Dilan yang ingin menjadi dirinya sendiri tanpa harus diatur Milea. Namun, setelah Dilan sudah tidak bersama Milea dia menjadi dilan egois terhadap Milea, menjadi besikap dingin setelah mengetahui Milea yang sudah memiliki pacar. Dilan hanya berusaha agar dirinya tidak menganggu kehidupan milea lagi. Namun dilan tidak memungkiri bahwa dirinya sangat merindukan Milea, sampai akhirnya dilan bertemu dengan Milea saat melayat guru smanya, saat itulan rindu yang dipendam dilan terhadap milea muncul kembali. Mereka mengobrol dan bercerita dan kairnya tersadar ada kesaalah pahaman antara mereka berdua. Kerinduannya berlanjut saat dilan menguatkan diri untuk menelpon Milea, mereka saling menguapkan ridnuya masing masing ditambah dilan yang tetep dengan lelucon dilan yang menghangatkan suasana. Mereka mengobrol banyak mulai dari pasangan masing masing dan kehidupannya sekarang. Mereka saling menguatkan dan saling menikhlaskan. Akhir dari cerita ini, dilan berkata “ aku tau bukan itu yang kita harapkan, tapi itu adalah kenyataan. Ini bukan hal baik untuk merasalan sebuah perpisahan, tapi bagaimana caranya kita akan tetap baik baik saja setelah itu. Menerimanya dengan ikhlas akan menjadi lebih penting daripada semuanya “ Di akhir novel tersebut dilan juga berkata “Terterimakasih Lia Dulu Kau Pernah Mau” tugassma tugassekolah tugas anaksekolahan sma madrasahaliyah 8 Contoh Resensfi Buku Novel Fiksi Dilan 1990. Identitas Buku. Penulis: Pidi Baiq. Judul Buku: Dilan 1990. Penerbit Buku: Pastel Books. Tebal Halaman: 332 hlm. Nomor Edisi: ISBN 978 - 602 - 7870 - 41 - 3. Sinopsis Novel Dilan 1990. Novel Dilan 1990 menceritakan kisah tentang kisah kasih remaja sekolah tahun 90an. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pengarang Pidi BaiqPenerbit Pastel BooksJumlah halaman 357Harga Rp. singkat buku ini Saya akhirnya selesai membaca cerita trilogi novel Dylan. Novel terakhir dalam trilogi ini menceritakan kisah cinta Dylan dan Millea dari sudut pandang Dylan. Berbeda dengan dua buku sebelum Millea bercerita. Milea ini, Voice of Dilan, menjelaskan bagaimana Dilan menilai Milea. Apa pendapat Anda tentang hubungannya dengan Millea? Dalam buku ini, Dylan dikatakan lebih dewasa. Betapa bertanggung jawab atas semua keputusan yang dibuat Dylan. Bagaimana dia menerima sanksi dari ayahnya? Saya tinggal di penjara dan tidak bisa pulang beberapa hari yang lalu. Dylan memiliki perasaan yang luar biasa untuk Millea. Tapi dalam pikiran kecilnya, dia tidak suka dikendalikan dan dibatasi. Apalagi mengingat persahabatannya dengan sesama gangster sepeda. Dalam buku ini, Dylan harus kuat menghadapi kematian ayahnya. Ia harus kuat dan menguatkan ibu dan Disa. Dylan telah tumbuh menjadi pria dewasa. Menjalani hidupnya dengan kuliah dan magang. Lalu hatinya telah di isi yang baru. Ada Cika yang menjadi pacar barunya. Masih seperti Dilan yang dulu, dia juga sering membuatkan puisi untuk Cika. Hal yang paling berkesan dari buku ini Buku ini mengajarkan untuk bersikap dewasa terhadap kenangan masa lalu. Bagaimana Dilan tetap bersikap baik saat bertemu Milea. Sekalipun rindu, dia tak ingin merusak yang sudah ada. Sudah ada Cika dan Mas Herdi diantara mereka berdua. Dilan benar, masa lalu adalah kenangan. Sebagaimana puisi Dilan "Dan sekarang, yang tetap di dalam diriku adalah kenangan, di sanalah kamu selalu." Hal yang kurang disukai dari buku ini Mungkin sebagaimana pembaca lainnya, berharap kisah Dilan Milea berakhir bahagia. Dalam buku ini, konflik Dylan Millea muncul dari kesalahpahaman yang sangat sederhana. Mereka harus bisa mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain. Lihat Hobby Selengkapnya . 226 303 5 466 77 249 272 243

resensi novel milea suara dari dilan